Langkat, Sumut | inspirasipubik.id – Kabupaten Langkat kembali meneguhkan jati dirinya sebagai pusat kebudayaan Melayu dengan menggelar peringatan akbar Hari Tanjak Sedunia 2025. Bertempat di Sekolah MAN 2 Langkat, Kecamatan Tanjung Pura, Jumat (19/9/2025),
Perayaan ini bukan sekadar seremoni, melainkan momentum penting dalam merawat warisan budaya yang telah mengakar dalam peradaban Melayu.
Salah satu sorotan utama dalam peringatan tahun ini adalah penganugerahan penghargaan kepada pimpinan EMP Gebang Ltd atas kontribusinya dalam pelestarian budaya Melayu, khususnya dalam mendukung eksistensi tanjak sebagai simbol adat, kepemimpinan, dan identitas masyarakat Langkat.
“Penghargaan ini diberikan oleh Wali Utama Komunitas Tanjak Langkat kepada EMP Gebang Ltd diwakili oleh Rajali Ritonga selaku team operation,
sebagai bentuk apresiasi atas kontribusi dan partisipasinya dalam melestarikan, mengembangkan, dan mengapresiasi budaya Melayu di Kabupaten Langkat,” ujar Wiwin Syahputra, S.Pd, M.Sn, Ketua Panitia Hari Tanjak Sedunia 2025.
Terpisah,Tanggapan Perwakilan EMP Gebang Ltd, Rajali Ritonga kepada awak media ini saat dikonfirmasi, Sabtu (20/9/2025) sahutnya, “Kami sungguh mengapresiasi dan memberi dukungan penuh untuk melestarikan dan mempromosikan budaya Melayu melalui perayaan Hari Tanjak Sedunia,” ujarnya.
“Rajali Ritonga juga menekankan,”pentingnya menjaga dan memelihara warisan budaya Melayu untuk generasi penerus mendatang,” tandasnya.
Sejarah Hari Tanjak Sedunia
Hari Tanjak Sedunia pertama kali dicetuskan oleh tokoh budaya Langkat, Tengku Azwar, pada tahun 2021.
Gagasan ini lahir dari keprihatinan atas lunturnya identitas Melayu di tengah arus modernisasi. Sejak itu, setiap 19 September diperingati sebagai Hari Tanjak Sedunia, dengan tujuan:
•Meneguhkan tanjak sebagai simbol budaya Melayu yang universal
•Mendorong pelestarian warisan leluhur melalui ekspresi visual
•Menjadikan tanjak sebagai ikon kebanggaan dan persatuan lintas generasi
Peringatan ini telah mendapat respons positif dari komunitas Melayu di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura.
Makna Filosofis Tanjak dalam Budaya Melayu
Tanjak bukan sekadar kain yang dililit di kepala. Ia adalah manifestasi nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Melayu. Dalam filosofi adat, tanjak melambangkan;
•Kepemimpinan: dikenakan oleh tokoh adat dan pemimpin sebagai simbol tanggung jawab dan kebijaksanaan
•Martabat: mencerminkan kehormatan diri dan komunitas
•Peradaban: menjadi jejak sejarah yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini
Setiap bentuk lilitan tanjak memiliki makna tersendiri. Tanjak “Dendam Tak Sudah” melambangkan keberanian, sementara “Solek Raja” mencerminkan ketenangan dan kebijaksanaan pemimpin.
Dari Tradisi Lokal ke Panggung Internasional
Tanjak, yang awalnya digunakan dalam upacara adat dan prosesi kerajaan, kini telah berkembang menjadi simbol kebanggaan budaya dan gaya hidup. Penggunaannya telah meluas, seperti di Kabupaten Langkat yang menjadikannya atribut resmi dalam seragam ASN setiap Jumat, serta di luar negeri di mana diaspora Melayu mengenakannya dalam parade budaya dan forum internasional.
Peringatan Hari Tanjak Sedunia 2025 menjadi bukti bahwa tanjak bukan hanya milik masa lalu, tapi juga milik masa depan. Ia adalah mahkota rakyat, lambang martabat, dan penanda bahwa identitas Melayu tak pernah lekang oleh zaman.(Hermansyah)

Keterangan Gambar : Perwakilan EMP Gebang LTD,Rajali Ritonga selaku team operation (kiri) menerima penghargaan atas kontribusinya dalam pelestarian budaya Melayu dan Tanjak di Tanjung Pura, Kabupaten Langkat.*
(Hermansyah)